Jakarta – Para pejabat Hamas yang mengunjungi Moskow, dikutip oleh media Rusia pada Jumat, 27 Oktober 2023, mengatakan bahwa kelompok militan tersebut memandang semua sandera mereka adalah warga Israel, apa pun paspor tambahan yang mereka miliki, dan tidak dapat melepaskan satu pun dari mereka sampai Israel menyetujui gencatan senjata.
Anggota Politbiro Hamas Abu Marzouk mengatakan kepada kantor berita negara RIA bahwa Rusia, Amerika Serikat, Prancis, Spanyol, Italia dan banyak negara lainnya telah meminta pembebasan warga negara mereka dari lebih dari 200 sandera yang ditangkap Hamas dalam serangan lintas batas ke Israel. pada 7 Oktober.
Dia mengatakan Hamas memandang permintaan Moskow “lebih positif dan penuh perhatian dibandingkan yang lain, mengingat karakter hubungan kami dengan Rusia”.
RIA mengutip pernyataannya yang mengatakan bahwa Hamas tidak memandang tawanannya sebagai orang Rusia, Prancis, atau Amerika. “Semua yang ditangkap, bagi kami, adalah warga Israel, meski ada imbauan untuk mendapatkan kewarganegaraan asli mereka dengan harapan bisa menyelamatkan mereka,” ujarnya.
Anggota delegasi lainnya, Abu Hamid, mengatakan kepada surat kabar Kommersant bahwa Hamas memerlukan waktu untuk menemukan semua orang yang dibawa ke Gaza oleh berbagai faksi Palestina dalam serangan 7 Oktober yang menewaskan 1.400 orang.
Duta Besar Rusia untuk Israel mengatakan pekan ini bahwa tiga warga negara Rusia-Israel diduga termasuk di antara para sandera.
Israel mengatakan pada Rabu bahwa lebih dari separuh sandera yang ditahan oleh Hamas memiliki paspor asing dari 25 negara berbeda. Banyak di antara mereka diyakini memiliki kewarganegaraan ganda Israel, namun ada pula yang hampir pasti tidak.
Rusia pada Jumat membela keputusannya untuk mengundang delegasi Hamas ke Moskow melawan kritik keras Israel, dengan mengatakan bahwa hal itu perlu untuk menjaga kontak dengan semua pihak dalam konflik Palestina-Israel.
Israel, yang telah berjanji untuk memusnahkan Hamas sebagai pembalasan atas serangan 7 Oktober, menggambarkan keputusan tersebut sebagai tindakan yang “menyedihkan” dan mendesak Moskow untuk mengusir delegasi tersebut.